Pelantikan Ikatsi (Ikatan Ahli Tekstil Indonesia) Jatim 2019 Siap Memajukan Pertekstilan Indonesia
Berbagai polemik yang terjadi di bidang industri pertekstilan saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi kepengurusan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) Jawa Timur.
Para pengurus Ikatsi Jatim yang mengikuti pelantikan dan pengukuhan Selasa (15/10/2019) di Balai Diklat Industri Jatim di Surabaya oleh Ketua DPP Ikatsi, Ir.Suharno Rusdi, sepakat untuk bangkit.
“Masalah pertekstilan saat ini, bukan saja di Jatim, namun juga terasa di seluruh Indonesia. Hal itu sangat dipahami oleh para ahli tekstil yang tergabung di Ikatsi,” ujar Suharno Rusdi.
Sementara, dalam sambutan dan pengarahan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, berharap kedepan lebih banyak lagi pengusaha tekstil yang melakukan investasi di Jatim.
Emil yakin, jika dibanding Jawa Barat, Jatim kalah jauh. Jabar memiliki 600 lebih perusahaan tekstil. Namun Jatim masih dapat dikembangkan dengan berbagai inovasi.
Kebangkitan Ikatsi saat ini, diantaranya, membahas kecenderungan menyusutnya jumlah perusahaan tekstil di Indonesia. Sebagaimana diketahui dunia pertekstilan di Indonesia, termasuk Jatim booming dan berkembang pesat sejak 1980-an.
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kegiatan ekspor TPT dari Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Di Jatim, dulu perusahaan tekstil yang pernah mencapai jumlah 200-an pabrik besar.
“Sekarang jumlahnya menyusut tajam akibat makin tuanya mesin-mesin tekstil dan kurangnya peremajaan,” terang Emil Dardak.
Emil mengakui, akhir-akhir ini persaingan dengan produsen negara lain semakin ketat, salah satu penyebabnya adalah akibat pasar bebas global. Kecuali itu, produsen dalam negeri menghadapi tantangan yang cukup berat dengan melimpahnya ekspor barang TPT dari luar negeri, terutama dari China.
Persaingan dagang antara Amerika Serikat dengan China juga berdampak terhadap produksi, pemasaran dan bisnis TPT di Indonesia.
Ketua Ikatsi Jatim Haryono, menyebut, guna menghadapi tantangan itu, maka Ikatsi, pada Kongres ke-8, yakni 8 Maret 2019 lalu di Jogjakarta, menyampaikan rekomendasi. Selain ke berbagai perguruan tinggi tekstil dan perusahaan tekstil dalam negeri, juga kepada Pemerintah, melalui kementerian yang terkait.
Ikatsi juga berharap untuk memperbaiki struktur industri tekstil guna mengantisipasi pasar yang VUCA (Volatile Uncertainty Complex Ambigu) membentuk ketahanan industri tekstil nasional melalui kemandirian bahan baku tekstil yang dapat diproduksi di Indonesia.
Saat diskusi terbuka dengan Wagub Jatim, Emil Dardak, disampaikan bahwa salah satu kebutuhan mendesak saat ini adalah, perlunya dihidupkan kembali perguruan tinggi bidang pertekstilan.
Menurut Lukas, salah satu pengurus Ikatsi Jatim, adalah mendirikan Politeknik Pertekstilan. Dan, disebutkan, sudah pernah disampaikan Ikatsi Jatim ke Kemendikti, dan disambut baik.
Emil berjanji akan memberi perhatian dan akan disampaikan kepada Gubernur Jatim Khofifah.
Berikut, susunan pengurus DPW Ikatsi Jatim yang dilantik,Ketua, Haryono, BkTeks,ST dan Wakil Ketua, Dr.Ir.Nelly Budhiharti,MSIE. Sekretaris, Edy Sutikno,AmdTeks,SE,MM dengan Wakil Sekretaris, HM Yousri Nur Raja Agam, BkTeks,SH. Bendahara, Totok Supriyono,BkTeks dan Wakil Bendahara, Slamet Basuki,AmdTeks.
Kepengurusan ini dilengkapi Dewan Pengarah yang diketuai kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Jatim, dan Wakil Ketua, Ir.H.Hasnul Usman, MM, serta anggota: Mohadi,S.Sos,MM, Dicky Sumitro,BScTex, Aryani Widagdo dan Sri Kholifah. Termasuk ada bidang Fungsional dan Bidang Sektoral.